Selasa, 26 Agustus 2014

SENJATA BUGIS

Racun pada senjata Bugis dikenal dengan sebutan 'Musso' berasal dari:
Bahan baku pembuatannya yang mengandung racun, misalnya perpaduan beberapa jenis logam tertentu dapat menghasilkan komposisi logam yang mengandung racun di tanah bugis sebuah senjata mengandung racun atau tidak biasanya dapat dilihat secara kasat mata seperti jenis ,malela, dan wellangpellang;
Proses pembuatannya dicampuri beberapa jenis racun,
Kemampuan supranatural seorang panre yang mampu memadukan unsur fisik dan metafisik..beberapa panre ditanah Bugis yang terkenal dengan kualitas senjatanya yang sangat berbisa seperti 'La Gecong' di Bone dengan badik buatannya yang dikenal dengan sebutan badik Gecong, Panre 'Baitullah' di Luwu, dan Panre 'Kanaa' di Soppeng
Jenis 'Pamussa' yang diletakan dalam pangulu, pamussa dapat terdiri berbagai bahan baku dan mantera tergantung akan dipakai untuk apa senjata tersebut...seperti kalau ingin ditakuti dan tidak ada lawan maka salahsatu bahan yang sering digunakan adalah kain yang digunakan menutupi wanita yang wafat dalam keadaan mengandung, kalau ingin disenangi maka salah satu bahannya adalah jenis kayu manis
Pada saat merawat senjata, digunakan beberapa campuran bahan racun..mohon maaf saya tidak usah sebutkan karena lebih banyak mudharatnya dari pada manfaatnya
Antara racun pada senjata dan 'pamussa' dalam filosofi orang Bugis adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan, ibaratnya bahannya (bessi) adalah hardware sedangkan 'pamussa, adalah sofwarenya, jangan heran kalau terkadang pada saat mencabut senjata bugis(Tappi/Badik) kadang ada perasaan lain bahkan biasa sampai merinding itulah pengaruh pamussa. Sering kita mendengar ungkapan-ungkapan dari kolektor senjata mengenai senjata bugis 'bahwa senjata-senjata bugis keindahannya hanya bisa dirasakan dengan hati, karena ketika dipegang senjata bugis membawa aura tersendiri' semua itu disebabkan oleh 'pamussa'
Dalam filosofi orang bugis, sebagus-bagunya 'bessi' /senjata, kalau tidak di pamussa maka akan berkurang kekuatannya..wallahualam

Beberapa Contoh Senjata Bugis yang mengandung bisa/racun (Musso)

Malela

Wellangpellang

Salapu


Kisah Seorang Panre (Panre Baitullah)

Menelusuri jejak Panre Besi di Sulawesi Selatan khususnya di tanah Bone adalah gampang-gampang susah, selain Raja Bone ke 2 Laumasa Peta Panrebessi agak sukar mencari Panre yang "sekelas" dengan beliau. Gambaran sosok Panre Besi di Tanah Bugis tidaklah seheroik kisah panre besi atau empu di Tanah Jawa seperti Empu Gandring yang terkenal dengan kerisnya. Walaupun demikian di tanah Bone terdapat seorang panre yang namanya melegenda di kalangan pencinta senjata tradisional khususnya badik.

Menurut cerita yang beredar dikalangan masyarakat, ada seorang Panre yang bergelar Panre Baitullah (tidak ada sumber yang menjelaskan riwayat hidup beliau) namun sebelumnya beliau menetap di Wilayah Ulaweng. Badik hasil buatan Panre Baitullah terkenal akan kesaktiannya sehingga sampai sekarang badik buatan beliau banyak diburu dan dianggap masterpice. Konon siapa saja yang memegang Badik buatan Panre Baitullah akan menjadi seorang yang disegani dan jarang mendapat lawan tanding. Keistimewaan badik buatan Panre Baitullah membuat gerah "penguasa" pada saat itu, karena setiap ada keributan pasti pembuat keributan itu memegang badik buatan Panre Baitullah.

Bahkan beredar kepercayaan dimasyarakat pada saat itu hanya badik buatan Panre Baitullah lah yang bisa menandingi kesaktian badik "penguasa" pada saat itu. Keadaan ini membuat penguasa saat itu memutuskan Panre Baitullah diasingkan ke daerah Larompong di wilayah Luwu. di sanalah beliau menghembuskan nafas terakhir, namun demikian kemahiran membuat badik yang berkualitas diwariskan kepada anak cucunya sampai saat ini...Wallahualam..

Madakapeng Tungke; konon badik ini dibuat ketika saat penyepuhan, maka disepuh di (maaf) kemaluan wanita, sehingga dipercaya bahwa tidak ada orang yang kebal ketika berhadapan dengan badik ini ..Wallahualam
Madakapeng Tungke: salah satu hasil karya Panre Baitullah, konon badik ini pada saat penyepuhan di jepit (maaf) pada 'kemaluan' wanita, sehingga dipercaya tidak ada orang kebal ketika berhadapan dengan badik ini
Menelusuri jejak Panre Besi di Sulawesi Selatan khususnya di Tanah Bone adalah gampang-gampang susah. selain Raja Bone II Laumasa Petta Panrebessi, kayaknya sangat sulit mencari seorang Panre sekelas beliau. Kisah tentang Panre di Tanah Bone mungkin tidaklah seheroik kisah empu-empu di tanah Jawa,namun demikian bukan berarti Tanah Bone (Bugis) tidak mempunyai panre yang mempunyai kisah yang melegenda sampai saat ini. Kisah ini diceritakan secara turun temurun dan hidup ditengah masyarakat bugis khususnya Bone sampai saat ini. Pada masa lalu di wilayah Bone hidup seorang Panre Besi bergelar Panre Baitullah (tidak ada riwayat yang menjelaskan asal usul beliau), beliau menetap di daerah ulaweng. Konon badik (beliau tidak membuat Tappi) hasil karya beliau terkenal akan kesaktiannya, siapa saja yang memegang badik ciptaan beliau akan menjadi seorang yang tangguh yang susah dicari tandingannya. pada masa itu setiap terjadi keributan atau pembunuhan hampir dapat dipastikan pelakunya memegang badik buatan Panre Baitullah. Keadaan ini membuat 'penguasa' pada saat itu mengambil keputusan untuk mengasingkan Panre Baitullah ke wilayah yang di sebut Babang di daerah Larompong wilayah Luwu.Kemampuan untuk membuat Badik di turunkan ke anak cucunya dan berlangsung hingga sekarang. Hingga saat ini badik hasil karya Panre Baitullah dianggap masterpiece dan menjadi incaran para pencinta senjata tradisional bugis...Wallahualam

Kilasan Badik Raja di Bone

Salah satu Badik Raja yang terkenal bernama Raja Tungke'na Bone peninggalan dimasa Raja Bone Lapatau Matana Tika
Badik/kawali, adalah senjata khas daerah bugis. Seperti layaknya daerah-daerah lain di Nusantara badik/kawali merupakan senjata tradisional yang tidak hanya berfungsi sebagai senjata tetapi juga sebagai simbol yang menunjukan pribadi pemegangnya maupun cita-cita dan harapan.

Pada masa terdahulu di Tana Bone, setiap anak terutama laki-laki dibekali dengan sepucuk badik, keingingan dan harapan orang tua terhadap sang anak biasanya dimanifestasikan melalui badik/kawali yang dipesan khusus kepada seorang Panre. Seperti misalnya apabila orang tua mengharapkan si anak hidup sejahtera tanpa kekurangan, maka dia sang orang tua akan memesan badik yang berpamor Kurisi atau Madaung ase. Begitu pula apabila orang tua ingin anaknya menjadi pemimpin yang disegani, pemberani dan berkahrisma maka yang dipesan adalah pamor makkure'cillampa.

Di Tana Bone terdapat beberapa macam jenis badik/kawali yang terkenal seperti salapu' (sebagian orang menggolongkan sebagai keris/tappi’) gecong ,raja, to asi,dll. Pada tulisan ini akan dikupas sekilas mengenai badik Raja. Di Tana Bone badik Raja merupakan salah satu badik yang tinggi derajatnya dan paling dicari oleh para penggemar senjata tradisional.

Badik Raja berasal dari sebuah desa di Kecamatan Kajuara di wilayah Bone Selatan. Konon badik Raja tidak dibuat oleh manusia biasa, melainkan oleh mahluk gaib. Di masa lalu masyarakat dikampung Raja tidak pernah melihat Panre' yang membuat badik raja. Pada malam-malam tertentu masyarakat disekitar tempat pembuatan Badik Raja hanya mendengar suara palu beradu dengan besi tanpa penah melihat siapa pembuatnya. Saat pagi menjelang sebuah Badik Raja selesai dibuat. Sampai saat ini, dikampung Raja masih terdapat benda-benda yang oleh masyarakat sekitar dipercaya sebagai alat-alat pembuatan Badik Raja.

Ciri-ciri badik raja hampir mirip dengan badik lampobattang, bentuk bilahnya agak membungkuk, dari hulu agak kecil kemudian melebar kemudian meruncing. Pada umumnya mempunyai pamor timpalaja atau mallasoancale di dekat hulunya. Bahan besi dan bajanya berkualitas tinggi serta mengandung meteorit yang menonjol dipermukaan, kalau kecil disebut uleng-puleng kalau besar disebut batu-lappa dan kalau menyebar di seluruh permukaan seperti pasir disebut bunga pejje atau busa-uwae. Badik raja di masa lalu hanya digunakan oleh arung atau dikalangan bangsawan-bangsawan dikerajaan Bone.

Mistik sekitar Badik Bone
Salah satu Badik Bone yang dibuat dengan cara di pesse'/dipijat bukan di tempa

Badik/kawali bagi masyarakat Sulawesi Selatan mempunyai kedudukan yang tinggi. Badik/kawali bukan hanya berfungsi sekedar sebagai senjata tikam, melainkan juga melambangkan status, pribadi dan karakter pembawanya. Kebiasaan membawa Badik/kawali dikalangan masyarakat terutama suku bugis dan Makassar merupakan pemandangan yang lazim ditemui sampai saat ini terutama di tanah Bone. Kebiasaan tersebut bukanlah mencerminkan bahwa masyarakat Sulawesi Selatan khususnya suku bugis dan makassar adalah masyarakat yang gemar berperang atau suka mencari keributan melainkan lebih menekankan pada makna simbolik yang terdapat pada Badik/kawali tersebut.

Pentingnya kedudukan Badik/kawali di kalangan masyarakat bugis dan makassar membuat masyarakat berusaha membuat/mendapatkan badik yang istimewa baik dari segi pembuatan, bahan baku, pamor maupun sisi’ (tuah) yang dipercaya dapat memberikan energi positif bagi siapa saja yang memiliki atau membawanya.
Badik/kawali yang bagus/istimewa dapat dilihat dari beberapa unsur, yakni:

a. Dari segi fisik Badik/kawali dapat dilihat:
Bahan bakunya terbuat dari besi dan baja pilihan biasanya mengandung meteorit dan ringan. Wilayah Sulawesi Selatan sejak zaman dahulu terkenal dengan besi luwu yang berkualitas tinggi.
Pamor;ragam pamor pada Badik/kawali lebih sederhana dari dari keris jawa biasanya terdiri dari jenis pamor kurrisi, lasoancale, parinring, bunga pejje, madaongase,kuribojo,tebajampu, timpalajja dan balopakki.
b. Segi sisi’(tuah)/mistik antara lain:
Uleng puleng dan battu lappa; sebenarnya merupakan kandungan meteorit. Bagi sebagian orang percaya Badik/kawali yang mempunyai ulengpuleng(kalau kecil)/battu lappa (kalau besar) akan membawa kebaikan pada pemiliknya baik berupa kemudakan rezki, karisma, maupun peningkatan karir. Posisi ulengpuleng/battulappa yang dicari adalah yang terletak dipunggung badik kira-kira berjarak 5 cm dari hulu/pangulu karena dipercaya akan memudahkan rezki dan karir. Badik/kawali yang memiliki ulengpuleng dan battulappa juga dipercaya dapat menghindari gangguan mahluk halus, sihir dan tolak bala.
Mabelesse ; adalah retakan diatan punggun Badik/kawali sehingga seakan-akan Badik/kawali tersebut akan terbelah dua. Badik seperti ini dipercaya akan memudahkan rezki bagi pemiliknya sehingga banyak dicari oleh yang berprofesi sebagai pedagang.
Sumpang buaja; sama seperti mabelesse Cuma retakannya pada bilah dekat ujung Badik/kawali. Tuahnya sama seperti mabelesse namun yang dicari yang letaknya pada bilah sebelah kanan dekat ujung Badik/kawali.
Ure tuwo; adalah garis yang muncul pada bilah Badik/kawali. Yang dicari adalah yang tidak terputus-putus, kalau letaknya dipunggung Badik/kawali dan tidak terputus dari hulu sampai ujung tuahnya membuat sang pemilik disegani dan dituruti semua perkataannya, kalau melingkar ke atas dari bilah ke bilah sebelahnya seperti badik luwu sambang maka tuahnya untuk melindungi pemiliknya dari malapetaka dan kalau turun ke baja maka untuk memudahkan rezki.
Tolongeng; adalah lubang pada punggung Badik/kawali yang tembus ke bawah terletak dekat hulu/pangulu sehingga kalau dilihat seakan seperti teropong. Pada zaman dahulu sebelum berangkat perang biasanya panglima perang meneropong pasukannya melalui Badik/kawali tolongeng.
Sippa’sikadong; adalah retakan pada tengah bilah Badik/kawali dari punggung Badik/kawali. Tuahnya adalah membuat pemiliknya disenangi oleh siapa saja yang melihatnya. Pada zaman dahulu apabila ada seseorang akan melamar gadis, maka utusan dari laki-laki akan membawa Badik/kawali sippa’sikadong yang bertujuan agar memudahkan lamarannya diterima pihak perempuan
Pamussa’; adalah upaya memperkuat daya magis Badik/kawali yang diletakan dalam hulu/pangulu Badik/kawali. Biasanya dengan menggunakan bahan-bahan tertentu tergantung akan digunakan untuk apa Badik/kawali yang akan di beri pamussa.
Pangulu; di kalangan masyarakat bugis Bone berkembang suatu keyakinan akan kemampuan yang dimiliki sebagian orang yang mampu membuat pihak lawan tidak mampu mencabut Badik/kawali ketika akan digunakan, ilmu ini dikenal dengan istilah pakuraga/pabinrung. Pangulu yang caredo (terbelah/atau memiliki mata) secara alami dipercaya mampu mengatasi orang yang memiliki ilmu tersebut.
Demikian sekilas mengenai mistik di sekitar badik, tulisan ini tidak bermaksud mengajarkan kita untuk menjadi musyrik kepada Allah SWT, tetapi lebih untuk mengenal kebudayaan masyarakat Bugis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar